Selasa, 24 November 2009

Sejarah Batik


Bicara soal batik, saya termasuk orang yang lumayan suka batik. Saat diumumkannya Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober lalu, saya sangat antusias. Begitu melihat beritanya di salah satu surat kabar, saya langsung memfotokopinya kemudian mengusulkannya sebagai pertimbangan dalam rapat pimpinan di kantor (Universitas Jember), dan ternyata disetujui. Kebetulan di kantor kami baru saja mendapat seragam batik Madura baru, jadi klop deh. Saya pun menghubungi keluarga, Bapak, Ibu, kakak, keponakan, sepupu untuk mengingatkan supaya mengenakan baju batik. Jadi, pas tanggal 2 itu, saya dan suami ke kantor dengan berbatik, kemudian anak saya pun mengenakannya pada saat jalan-jalan malam harinya.
Banyak cerita yang saya alami sehubungan dengan kain batik. Dulu saat saya belum punya suami, saya membeli kain batik sepasang yang nantinya ingin sekali saya berikan pada seorang pria yang jadi pasangan saya. Kemudian saya punya pacar yang pada suatu saat ingin saya ajak ke acara pernikahan. Akhirnya saya berikan kain itu padanya, karena kebetulan baju batiknya sudah out-of-date. Kemudian pas kakak saya menikah, ibu saya pun membelikan saya kain batik sepasang karena kebetulan sudah jadi tradisi dalam keluarga saya untuk mengenakan baju batik kembaran dengan pasangan di berbagai kesempatan. Sayang sekali saat itu pacar saya berhalangan hadir, jadi saya mengenakannya sendirian.
Berikutnya, giliran adik saya menikah. Kebetulan adik saya menikah lebih dulu karena merasa lebih siap. Saya beserta saudara sepupu sepakat membeli hadiah yaitu sepasang kain batik, lagi-lagi! Senangnya karena akhirnya batik tersebut dipakai adik saya beserta istrinya di acara lamaran saya.
Beberapa bulan lalu, kantor saya mengadakan acara rekreasi ke Pulau Madura. Ceritanya kita mau nyebrang jembatan Suramadu. Saya sudah berangan-angan untuk membawakan oleh-oleh sepasang batik Madura untuk orangtua saya. Tetapi apa mau dikata, bus yang kami tumpangi mendapat masalah sehingga acara jalan-jalan kami tidak berjalan maksimal, dan saya tidak sempat membeli kain batik. Karena saya sudah berjanji pada orangtua, akhirnya saya tetap membeli kain batik Madura tetapi belinya di Jember…
Sekarang, saya dengan suami juga mulai membiasakan berbatik. Kami juga tidak lupa meneruskan tradisi mengenakan batik kembaran di berbagai acara, seperti keluarga saya. Hal ini sepele sebenarnya, tapi bagi saya sangat penting. Terutama untuk memupuk kebersamaan. Terasa kompak!

Selasa, 03 November 2009

tugas kkpi

Nama : Ragil kurnia P.
Kelas : XII PM I
No : 24


Designed by Animart Powered by Blogger